Rabu, 08 April 2015

Mitos Sains

Hey, semua
kali ini saya ingin berbagi pengetahuan yang penting untuk diketahui oleh teman-teman
Yap sesuai judul kali ini saya akan membahas mitos sains.
Sebetulnya saya taunya dari temen tapi karna saya merasa hal ini perlu diketahui jadi saya akan bagikan ke teman-teman.
1. Pembagian Otak Kanan-Kiri mempengaruhi gaya belajar
2. 5 second rule.
3. Manusia baru make 10% kapasitas otaknya
4. Lidah punya zona-zona untuk mengecap rasa tertentu

5. Aktivasi Otak Tengah
6. Manusia (hanya) punya 5 indera
7. Bahan kimia itu berbahaya
8. Minum antibiotik pas demam atau flu, biar cepat sembuh
9. Minum susu secara teratur bisa mengurangi risiko osteoporosis
10. Golongan darah mempengaruhi kepribadian
Demikian sobat tentang mitos sains yang populer di lingkungan kita. Untuk lebih lengkapnya lagi bisa kunjungi 10 Mitos Sains yang masih banyak dipercaya orang

Senin, 06 April 2015

Teks Ulasan Laskar Pelangi

Hai...
Kali ini saya akan berbagi tulisan nih..
Ngomong soal bahasa Indonesia pasti ndak lengkap tanpa mengarang.
ini nih hasil kerjaan ku

Teks Ulasan “Laskar Pelangi”
Orientasi 1       :
Sebuah film drama adalah ragam film yang sebagian besar tergantung pada pengembangan mendalam karakter realistis yang berurusan dengan tema emosional. Di pusat drama biasanya satu karakter atau lebih yang bertentangan pada saat yang genting dalam hidup mereka. Drama sering, namun tidak selalu, memiliki resolusi tragis atau setidaknya menyakitkan dan menyangkut kelangsungan hidup dalam melewati beberapa krisis tragis, seperti kematian anggota keluarga, atau perceraian. Tradisi film drama ini memang sangat tampak pada film “Laskar Pelangi”. Film layar lebar ini diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata Seman Said Harun yang verjudul sama.
Orientasi 2       :
Kisah film tersebut dilatar belakangi oleh tantangan kalangan pinggiran dan perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia. Cerita dalam film ini dibuat berdasarkan kisah hidup sang pembuat novel Andrea Hirata mengenai kerasnya perjuangan yang diwakili oleh Laskar Pelangi sebutan yang diberikan oleh gurunya kepada sepuluh anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Film ini membawa kita untuk melihat kondisi kehidupan Pulau Belitung pada pertengahan 1970-an. Dimana PN Timah masih aktif beroperasi, para karyawan berseragam biru lalu lalang dengan sepeda, dan orang tua mengantar anak-anak mereka ke sekolah. 
Tafsiran Isi 1   :
Awal cerita dimulai dari adegan Ikal dewasa (Lukman Sardi) menumpang bus untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Gantong, Pulau Belitung. Sambil menerawang ke luar jendela bus, suara lamunan Ikal membimbing penonton memahami latar belakang sejarah sosial Pulau Belitong. Seusai adegan pembuka itu, lamunan Ikal pun kembali pada hari pertama berangkat ke sekolah. Ikal kemudian bertemu dengan teman – temannya di SD Muhammadiyah, dimana nantinya mereka akan berteman dan mendapat julukan Laskar Pelangi. Kisah pendidikan mereka menggambarkan pedihnya perjuangan si miskin menempuh pendidikan. Terlihat dengan jelas perbedaan antara yang mampu dan kurang mampu pada film ini.
Tafsiran isi 2    :
Film ini menyampaikan banyak ajaran moral pada masyarakat mengenai kondisi yang seringkali terabaikan ataupun diabaikan oleh masyarakat luas. Banyak sekali amanat yang terkandung dalam film “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah jangan mudah menyerah oleh keadaan, kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar, jauhi sifat pesimis saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Film ini menawarkan resolusi kondisi prihatin yang mudah dipahami oleh masyarakat, khususnya orang dewasa. Ikal, salah satu tokoh film ini harus menggunakan sepatu perempuan karena orang tuanya tak mampu membelikan sepatu sekolah. Selain itu, ada Harun yang mengalami keterbelakangan mental serta Lintang yang setiap berangkat sekolah harus bersepeda sejauh 80 Km dan melewati sarang buaya. Di sisi lain anak yang mampu bersekolah di sekolah yang jauh lebih baik dapat menikmati hiburan seperti bermain skate, majalah, dan lain sebagainya.

Tafsiran isi 3    :
Dalam film yang didasarkan pengalaman pengarang ini, “Laskar Pelangi” merupakan sebutan  yang cocok. Dimana anak-anak ini memiliki keistimewaan pada karakternya masing-masing. Permasalahan pada anak-anak ini diperlihatkan sebagai sebuah nasib yang lebih ditekankan utuk bagaimana seharusnya kita berjuang menghadapi kondisi dengan terus berusaha. Terlihat pada masalah yang dialami oleh tokoh, contohnya saat Pak Harfan meninggal dan Bu Mislimah tidak mengajar. Laskar Pelangi tetap masuk ke sekolah seperti biasa wlaupun sang guru tidak hadir. Film ini menggambarkan pentingnya usaha tanpa kehilangan semangat.
Tafsiran Isi 4   :
Kisah inilah yang ingin disampaikanpengarang kepada penonton. Sebuah kisah yang menghibur sekaligus membuka hati kita untuk melihat kerasnya sebuah perjuangan. Agar para penonton menjadi peka terhadap kondisi memprihatinkan yang masih ada terjadi. Agar yang kaya dapat membantu dan yan miskin dapat terus berjuang tanpa lelah. Dengan demikian kondisi masyarakat akan membaik dan menciptakan sebuah keseimbangan.
Evaluasi           :
Amat disayangkan film ini berkesan monoton dan hanya berpusat pada pendidikan di SD Muhammadiyah. Lebih baiknya, beberapa scene yang ditampilkan harusnya diperpanjang seperti pada saat perkenalan per tokoh dan pencarian Flo agar film tidak hanya berpusat pada SD Muhammadiyah saja. Namun, secara keseluruhan film ini dibuat dangan sangat baik. Keinginan kuat para pengajar membuahkan hasil yang baik. Laskar Pelangi dapat terus belajar di sekolah walaupun tokoh Lintang terpaksa drop-out karena ayahnya meninggal dan ia terpaksa menjadi tulang punggung di keluarganya. Selain itu, pengambilan kisah romansa pada film drama ini merupakan sebuah bumbu yang menghiasi film ini dengan baik.
Rangkuman     :
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa fil “Laskar Pelangi” memungkinkan kita melihat cerita yang didasarkan pada pengalaman pengarang, yang menggambarkan kondisi prihatin anak-anak kurang mampu di Pulau Belitong. Film ini menawarkan pesan-pesan moral dan diharapkan menumbuhkan kepedulian para penonton.

Mudah - mudahan bermanfaat